HIKMAH RAMADAN

Puasa Ramadan adalah salah satu rukun dari kelima rukun agama yang membawa kita ke sorga. Bulan Ramadan adalah bulan yang awalnya rahmah, pertengahannya maghfirah, dan akhirnya bebas dari neraka, berarti bulan Ramadan dibagi tiga sebagaimana penafsiran kebanyakan orang, akan tetapi semua hari-hari Ramadan mengandung ketiga keistimewaan tersebut, dari tanggal 1 sampai 30 Ramadan ada rahmah, maghfirah sekaligus bebas dari neraka, bukan 10 hari awal saja ada rahmah, 10 hari kedua hanya ada maghfirah dan rahmahnya sudah habis, sedangkan 10 hari terakhir barulah bebas dari api neraka !! ini penafsiran yang keliru, sebab ketika ada rahmah maka sudah tentu ada maghfirah, dan bila sudah dapat maghfirah maka otomatis bebas dari api neraka, dengan demikian maka pada hari pertama Ramadan sudah ada maghfirah dan kebebasan dari neraka bagi yang benar-benar menghidupkannya, dan sepanjang Ramadan tetap ada ketiga keistimewaan itu. Bila ditafsirkan sebagaimana orang-orang menafsirkan bahwasanya 10 hari pertama rahmah, 10 hari kedua maghfirah dan 10 hari terakhir bebas dari neraka, maka bagaimana bila seseorang meninggal dunia pada hari ke-17 Ramadan? apakah ia hanya dapat rahmah dan maghfirah dan belum bebas dari api neraka ?!?
Bagaimana menghidupkan Ramadan? tiada yang lebih mulia dari pada memperbanyak dzikir, istighfar, tahlil dan selawat. Disamping solat teraweh dan tadarusan... bulan Ramadan merupakan kesempatan emas untuk memperbanyak dzikir, selawat, tahlil dan istighfar sebab pahalanya tentu akan berlipat-lipat, Rasul pernah bersabda: "Pada bulan Ramadan, pintu neraka ditutup rapat, pintu sorga dibuka selebar-lebarnya, dan para setan disandra dalam penjara". Namun mengapa masih ada maksiat? sebab walau setan telah dibelenggu namun nafsu masih dan telah terlanjur kotor.
Jika pada bulan Ramadan kita menahan lapar dan menjaga perut dari makanan, semoga pada bulan-bulan selanjutnya kita bisa menahan hawa nafsu dan menjaga hati dari godaan-godaan setan. Agar pada bulan Ramadan berikutnya kita bisa lebih sukses dalam mendekatkan diri kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya Saw.
Apapun kelebihannya, ibadah tetap ibadah, bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun setiap bulan, setiap hari, setiap saat dan setiap detik... sepanjang hayat dikandung badan, iringilah nafas-nafas kita dengan dzikir .... Hanya dengan dzikirlah ketenangan yang hakiki dan abadi kita bisa raih.
Puasa Ramadan dapat dibagi menjadi tiga bagian; Puasa awam, puasa khawash dan puasa khawashul-khawash. Puasa awam adalah menahan diri dari makanan, minuman, jima’ dan segala yang membatalkan puasa. Puasa khawas adalah menahan diri dari selain dzikir kepada Allah. Sedangkan puasa khawashul-khawash adalah menahan diri dari selain musyahadah kepada Allah..!!Puasa awam adalah buat mereka yang masih di martabat islam. Puasa khawash untuk mereka yang di martabat iman. Sedangkan puasa khawashul-khawash untuk mereka para auliya’ Allah yang sudah mencapai derajat ihsan. Dan puasa para auliya’ tersebut bukan hanya pada bulan Ramadan saja, namun sepanjang hayat mereka. Ramadan bagi para auliya’, biasa-biasa saja…!!! Karena mereka sudah biasa berpuasa, sebelum dan sesudah Ramadan. Sementara kita yang penuh kesilapan merasa amat berat menghadapi Ramadan yang suci itu. Apakah para auliya’ sepanjang tahun tidak makan dan tidak minum? Puasa tidak selamanya menahan perut dari makanan dan minuman, namun puasa yang sesungguhnya adalah puasa hati. Menahan lapar pada bulan kesembilan hijriah hanya semata-mata langkah awal untuk mencapai puasa hati itu. Bila seseorang telah mampu mem-puasa-kan hatinya, maka sebatas menahan lapar pada bulan Ramadan dapat dijalankan dengan amat ringan dan biasa.
"Seandainya saja umatku mengetahui keistimewaan Ramadan, maka mereka pasti mengharapkan sepanjang tahun mereka menjadi Ramadan” sabda Rasul Saw. Harapan itu adalah harapan mereka yang masih awam, sementara para auliya’ Allah Swt. sama sekali tak pernah mengharapkan itu, sebab hidup mati mereka telah menjadi Ramadan, mereka telah mencapai derajat puasa yang setinggi-tingginya.
Allah pada bulan Ramadan tidak berbeda dengan Allah pada selain bulan Ramadan. Allah tetap satu, Tuhan yang mulia, pemurah dan pengampun. Hanya saja kita yang selalu berubah-rubah. Mengapa mesti menunggu bulan Ramadan untuk banyak beribadah? Perbanyaklah ibadah kapan saja, yang penting Allah ridha… Pahala sebanyak apapun tidaklah lebih penting dari pada ridha dan rahmat-Nya.
 

Komentar